Rabu, September 27, 2006

yang pernah kuukir







Barisan-barisan Semesta

*Ronny Harjito~ 

yang berserakan itu, sebuah barisan
yang tergeletak itu, sebuah barisan
yang berceceran darah itu, sebuah barisan

berpangkal dari satu barisan di bawah sana
jauh di dasar sana, di dalam sana

berpanglima seorang gempa
terkomando sosok goncangan
dan berprajuritkan samudera
serta rekahan-rekahan

mereka adalah barisan-barisan semesta
yang membentuk barisan penuh luka
yang membentuk barisan tanpa daya
yang membentuk barisan tak bernyawa
tanpa sukma
yang berhamburan
berantakan
yang berujung pada kekacauan
dan seharusnya berakhir dengan…
sebuah kesadaran

bahwa barisan-barisan semesta:
berdaya dan tidak berdaya
menurut kehendak-Nya

dibantu dan membantu
dikubur, terkubur dan mengubur
hanya karena-Nya

Yang meluluhlantakkan ujung pulau Sumatera
Yang menggoncangkan tanah Jawa dan Papua
Yang berkehendak terhadap Nusantara

namun jua Yang memelihara alam raya
dan menumbuhkan kasih sayang terhadap sesama

kawan, kalian adalah barisan semesta
mereka adalah barisan semesta
angin, ombak, gempa, semuanya
kita adalah barisan semesta
yang tunduk kepada Yang Maha Perkasa
dengan sukarela maupun terpaksa
sebab kita memang bukan penguasa sebenarnya

Labuha-Halmahera Selatan , 30 Mei 2006
Sajak ini dipersembahkan kepada para korban
gempa tektonik di DIY dan Jateng serta
dibacakan dalam acara refleksi tsunami aceh
untuk jogja sebagai salah satu bentuk aksi
solidaritas kemanusiaan untuk yogya
yang digelar di alun-alun Labuha, ibukota Kabupaten Halmahera Selatan, propinsi
Maluku Utara oleh DPD PKS Halmahera Selatan,
mahasiswa KKN STAIN Ternate,STAI Alkhairat dan
HMYHS ( Himpunan Masyarakat Yogya di Halmahera Selatan )

*) back sound: Maha Mendengar by Tsunami